Fintechpost.ID – Bitcoin dan mayoritas Aset Kripto menguat di tengah sikap wait and see pelaku pasar menunggu kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed).
Kenaikan sebagian harga Aset Kripto salah satunya karena meningkatnya kepercayaan pelaku pasar bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan minggu ini. Meski data pekan lalu menunjukkan inflasi AS mengalami peningkatan.
Mayoritas harga Aset Kripto mulai berangsur pulih dari penurunan yang terjadi pekan lalu. Tercermin juga dari total Kapitalisasi pasar Aset Kripto yang telah rebound dalam seminggu terakhir, menguat lebih dari 8%.
Dimulai pada Senin (11/9) dari USD 980 Miliar hingga sempat menyentuh angka USD 1,064 Triliun pada Senin (18/9) dan pada Selasa (19/9). Total kapitalisasi pasar Aset Kripto berada di kisaran USD1,040 Triliun.
Baca juga: Perkuat Perdagangan Kripto di Indonesia Asosiasi Gandeng OJK
Adapun, dalam periode yang sama Bitcoin juga telah menguat sebesar 10,19%, naik dari harga USD 24.904 ke USD 27.411 dan pada Selasa (19/9), Bitcoin kembali diperdagangkan di harga USD 26.717.
Financial Expert Ajaib Kripto, Panji Yudha, menjelaskan secara teknikal pergerakan Bitcoin, Pada Senin malam (18/9) BTC sempat berupaya breakout dari resistance USD 26.800 hingga naik mencapai ke harga USD 27.411 namun belum mampu breakout MA-50 yang saat ini menjadi area dynamic resistance, sehingga kembali turun dibawah USD 26.800 pada Selasa (19/9).
“Dalam jangka pendek, jika BTC mampu bertahan diatas support dinamis MA-20 nya di kisaran USD 26.100, maka masih berpotensi menguji resistance USD 26.800 dan jika berhasil breakout, maka akan kembali menguji ke MA-50 terlebih dahulu di kisaran USD 27.200 sebelum menguat lebih tinggi ke area MA-100 di kisaran USD 28.300. Namun, jika gagal bertahan diatas MA-20, maka BTC berpotensi akan kembali turun melemah ke area support psikologis nya di angka USD 25.000,” ujarnya.
Sementara,kenaikan Bitcoin juga diikuti mayoritas Aset Kripto lainnya. Seperti Worldcoin (WLD) naik 9,21% menjadi USD 1,38, Chain Link (LINK) naik 7,62% menjadi USD 6,61 dan Solana (SOL) naik 5,97% menjadi USD 19,79, menurut CoinMarketCap pada Selasa (19/9).
Pekan lalu, terdapat rilis data tingkat inflasi Amerika Serikat dimana adanya lonjakan inflasi di bulan Agustus disebabkan dari krisis pasokan bahan bakar minyak (BBM) usai sejumlah negara OPEC+ memperketat kebijakan ekspor minyak mentah yang jadi salah satu penyebab indeks harga konsumen (IHK) AS selama bulan Agustus 2023 naik jadi 3,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), dimana diatas ekspektasi pasar sebesar 3,6%.
Namun, indeks harga konsumen inti (IHK Inti) yang tidak mencakup perubahan harga energi dan makanan berhasil mencapai ekspektasi ke 4,3% YoY dibandingkan periode bulan sebelumnya sebesar 4,70%.
Pekan ini, pelaku pasar akan mencermati keputusan The Fed yang akan merilis tingkat suku bunga acuannya atau Fed Funds Rate pada hari Rabu (20/9).
Sekaligus, pada hari yang sama, para pengamat pasar juga akan menantikan Proyeksi Ekonomi FOMC, pernyataan FOMC, dan Konferensi Pers FOMC.
Menurut CME FedWatch Tool menunjukan peluang sebesar 98% bank sentral akan mempertahankan suku bunga acuannya di angka 5,25%- 5,50% pada pertemuan bulan ini.
“Hasil FOMC kali ini tentunya akan berdampak secara langsung yang berpotensi menyebabkan volatilitas signifikan ke harga Aset Kripto. Sementara jika melihat pada Juni 2023 lalu, The Fed juga sempat menahan suku bunganya dimana ketika itu suku bunga acuan berada di kisaran 5,00% – 5,25 dan berhasil mendorong Bitcoin hingga mencapai harga $31.400 pada Juni lalu. Maka tidak menutup kemungkinan, jika pekan ini The Fed kembali menahan suku bunga acuannya di kisaran 5,25% – 5,50% seharusnya berdampak positif ke harga kripto,” kata Panji.
Sementara dari dalam negeri pertumbuhan adopsi Aset Kripto di Indonesia mengalami peningkatan meski pada tahun 2022 lalu dibayangi berbagai sentimen negatif di industri seperti kegagalan FTX serta tekanan dari sisi ekonomi global terutama inflasi yang tinggi pada tahun 2022 lalu yang menyebabkan anjloknya harga mayoritas kripto.
Pertumbuhan adopsi Aset Kripto di Indonesia menurut Indeks Adopsi Kripto Global 2023 Chainalysis yang terbit pada hari Selasa (12/9) menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-7. Dalam Indeks Adopsi Kripto Global Chainalysis tahun lalu, Indonesia menempati peringkat 20.
Pertumbuhan adopsi tersebut juga mendongkrak naik jumlah investor kripto di Indonesia. Per Juli 2023 data Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat jumlah investor kripto di Indonesia telah mencapai 17,67 juta orang.
Baca juga: Kripto: Jelang Rilis Data Inflasi AS, Mampukah Bitcoin Rebound?